1. Adab Berdoa
Mencari waktu yang mustajab
Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan, sore hari
Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah turun ke langit
dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman,
‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri,
dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim).
Memanfaatkan keadaan yang mustajab untuk berdoa
Di antara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang,
turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang
berbuka.
Abu Hurairah radhiallahu ’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu
langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun
hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.”
(Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan
iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara
hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (HR.
Muslim).
Menghadap kiblat
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus
berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim).
Mengangkat tangan
Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada
hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali
dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau
hasankan).
Cara mengangkat tangan:
Ibnu Abbas radhiallahu ’anhu mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan
mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan). (HR.
Thabrani).
Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.
Dengan suara lirih dan tidak dikeraskan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Janganlah kalian mengeraskan doa
kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110).
Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Zakariya ‘alaihis salam, yang
berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara lirih. “(Yang dibacakan ini adalah)
penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala
ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 2–3).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, “Berdoalah kepada Tuhanmu
dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55).
Dari Abu Musa radhiallahu ’anhu bahwa suatu ketika para sahabat pernah
berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan, “Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian
tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian,
Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR. Bukhari).
Tidak dibuat bersajak
Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan sunah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55). Ada yang mengatakan:
maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan
bersajak.
Khusyu’, merendahkan hati, penuh harap dan cemas
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90).
Memantapkan hati dalam berdoa dan berkeyakinan untuk dikabulkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian ketika
berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah,
rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena
tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena
Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban
dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth).
Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia
sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan
dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang
lalai dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani).
Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa
yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia
ucapkan tanpa direnungkan isinya.
Mengulang-ulang doa dan merengek-rengek dalam berdoa
Misalnya, orang berdoa: Yaa Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah
hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya Allah…. Dia
ulang-ulang permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam
berdoa.
Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada
Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim).
Tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan
‘mengapa doaku tidak dikabulkan’ atau ‘kelihatannya Allah tidak akan
mengabulkan doaku’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan dikabulkan (doa)
kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun
belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung
dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu
’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa para hamba akan
senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus
silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda,
“Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan
belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR.
Muslim dan Abu Daud).
Sebagian ulama mengatakan, Aku pernah berdoa kepada Allah dengan satu
permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap
agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan
segala sesuatu yang tidak penting bagiku.”
Memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang
diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji
Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang
berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda, “Orang ini
terburu-buru.” kemudian beliau bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia
memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR.
Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani).
Memulai doa untuk diri sendiri sebelum untuk orang lain
“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingat kepada
seseorang, maka beliau mendo’akannya dan sebelumnya beliau mendahulukan berdo’a
untuk dirinya sendiri” (HR. Tirmidzi).
Memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah
Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk
mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah
dikabulkan. Di antara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak
taubat dan istighfar.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai
melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku
dengan amalan sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka …,
jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan kepada-Ku,
pasti Aku lindungi.” (HR. Bukhari).
Diriwayatkan bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar bin
Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas
mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali
karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan
taubat…”
Mendoakan saudara sesama muslim
“Tidak ada seorang muslim pun yang
mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya,
melainkan malaikat akan berkata, ‘Dan bagimu juga kebaikan yang sama’.” (HR.
Muslim).
Menghindari mendoakan keburukan, baik untuk diri sendiri, anak maupun
keluarga
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan
doa yang buruk, “Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk
kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11).
“Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti
permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka
(binasa).” (QS. Yunus: 11).
Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk
dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.
Dari Jabir radhiallahu ’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan
keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian,
jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba
berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.”
(HR. Abu Daud).
Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang
isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu Daud).
Menghindari makanan dan harta haram
Makanan yang haram menjadi sebab tertolaknya doa.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia
tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya
kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik
(halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman!
Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang
telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya
kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya
berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang
haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan
dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?”
(HR. Muslim).
2. Pujian Kepada Allah Sebelum
Berdoa
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنِّي
أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، اَلأَ حَدُ
الصَّمَدُ، اَلَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدُ
Allaahumma innii as-aluka bi annii asyhadu annaka antallaahu, laa
ilaaha illaa anta, al ahadush-shomad, alladzii lam yalid wa lam yuulad, wa lam
yakul-lahu kufuwan ahad.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan bersaksi bahwa sesungguhnya
Engkau adalah Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau,
yang Maha Esa, tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun setara dengan-Mu.
HR. Abu Dawud, An-Nasa-i dan At-Tirmidzi. Syaikh Al-Albani rahimahullah
berkata, “shahih”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang
berdoa: (doa di atas), lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh ia telah memohon kepada Allah dengan menggunakan Nama-Nya yang jika
Dia dimintai dengan nama tersebut, Dia pasti memberi, dan jika Dia diseru
dengan nama tersebut, Dia pasti mengabulkan.”
Bisa juga dengan cara menyebut nama-nama Allah yang sesuai dengan isi
doa yang kita sampaikan. Misalnya, kita mohon ampunan maka kita menyebut nama
Allah “Al-Ghaffar” atau “Al-Ghafur” (yang Maha Pengampun).
3. Doa Bersin
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: Apabila seseorang di antara
kamu bersin, hendaklah mengucapkan:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
Alhamdulillaah.
Segala puji bagi Allah.
Lantas saudara atau temannya mengucapkan:
يَرْحَمُكَ اللَّهُ
Yarhamukallaah.
Semoga Allah memberi rahmat kepadaMu.
Bila teman atau saudaranya mengucapkan demikian, bacalah:
يَهْدِيْكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ
بَالَكُمْ
Yahdiikumullaahu wa yushlihu baalakum.
Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu.
HR. Al-Bukhari 7/125.
4. Doa Bila Orang Kafir Bersin
Lalu Memuji Allah
يَهْدِيْكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ
بَالَكُمْ
Yahdiikumullaahu wa yushlihu baalakum.
Semoga Allah memberi hidayah kepadamu dan memperbaiki hatimu.
HR. At-Tirmidzi 5/82, Ahmad 4/400, Abu Daud 4/308. Lihat pula Shahih
At-Tirmidzi 2/354.
5. Doa Kepada Orang Yang Berbuat Baik Kepadamu
جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا
Jazaakallaahu khoiron.
Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.
HR. At-Tirmidzi 2035, lihat Shahihul Jami' 6244, Shahih At-Tirmidzi
2/200.
Usamah bin Zaid berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa yang dibuatkan kepadanya kebaikan, lalu ia
mengatakan kepada pelakunya: (doa di atas), maka sungguh ia telah benar-benar
meninggikan pujian." HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam
kitab Shahih Al Jami', no. 6368.
6. Jawaban Kepada Orang Yang
Berkata: Ghafarallaahu Laka
Kepada Orang Yang Berkata:
غَفَرَ اللَّهُ لَكَ
Ghofarollaahu laka.
Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu.
Maka jawabnya:
وَلَكَ
Wa laka.
Begitu juga kamu.
HR. Ahmad 5/82, An-Nasa'i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah halaman 218,
no. 421.
7. Jawaban Kepada Orang Yang
Berkata: Uhibbuka Fillaah
Kepada Orang Yang Berkata:
أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ
Uhibbuka fillaah.
Aku mencintaimu karena Allah.
Maka jawabnya:
أَحَبَّكَ الَّذِيْ أَحْبَبْتَنِي لَهُ
Ahabbaka-lladzii ahbabtanii lahu.
Semoga Allah mencintaimu, karena engkau telah mencintaiku karena-Nya.
HR. Abu Dawud 4/333. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan dalam
Shahih Sunan Abi Dawud 3/965.
8. Jawaban Kepada Orang Yang Berkata: Baarakallaahu Fiika
Kepada Orang Yang Berkata:
بَارَكَ اللَّهُ فِيْكَ
Baarokallaahu fiik.
Semoga Allah memberkahimu.
Maka jawabnya:
وَفِيْكَ بَارَكَ اللَّهُ
Wa fiika baarokallaah.
Semoga Allah juga memberkahimu.
Ibnu Sunni h. 138, no. 278, lihat Al-Waabilush Shayyib Iibnil Qayyim,
hal. 304. Tahqiq Muhammad Uyun.
9. Doa Kepada Orang Yang Anda
Caci
اَللَّهُمَّ فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ
سَبَبْتُهُ فَاجْعَلْ ذَالِكَ لَهُ قُرْبَةً إِلَيْكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Allaahumma fa-ayyumaa mu'minin sababtuhu faj'al dzaalika lahu qurbatan
ilaika yaumal qiyaamah.
Ya Allah, siapa saja di antara orang mukmin yang kucaci, jadikanlah
sebagai sarana yang mendekatkan dirinya kepadaMu di hari Kiamat.
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/171, Muslim 4/2007, dan
kalimatnya: "Jadikanlah sebagai pembersih dan rahmat."
10. Ucapan Memuji Teman
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Apabila
seseorang harus memuji saudaranya, katakanlah: 'Aku kira Fulan … dan Allahlah
yang mengawasi perbuatannya. Dan aku tidak akan memuji seseorang dihadapan
Allah.' Apabila seseorang mengetahui hendaklah berkata: 'Aku kira begini dan
begini.'"
HR. Muslim 4/2296.
11. Doa Bila Dipuji Orang 1
(اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا
يَقُوْلُوْنَ، وَاغْفِرْلِيْ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ (وَاجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا
يَظُنُّوْنَ
Allaahumma laa tu-aakhidznii bimaa yaquuluun, waghfir lii maa laa
ya'lamuun, (waj'alnii khoiron mimmaa yazhunnuun).
Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka
katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. (Dan jadikanlah aku
lebih baik daripada yang mereka perkirakan).
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 761. Isnad hadits tersebut
dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 585. Kalimat
dalam kurung tambahan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman 4/228 dari jalan lain.
12. Doa Bila Dipuji Orang 2
اَللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى
بِنَفْسِى، وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا
مِمَّا يَظُنُّوْنَ، وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ، وَلاَ تُؤَاخِذْنِى
بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allaahumma anta a'lamu minnii bi nafsii, wa anaa a'lamu bi nafsii
minhum. Allaahummaj 'alnii khoiron mimmaa yazhunnuun, waghfir lii maa laa
ya'lamuun, wa laa tu-aakhidznii bimaa yaquuluun.
Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku
sendiri, dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku.
Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah
aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku
dengan perkataan mereka.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, 4: 228, no.4876.
Lihat Jaami'ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah.
Ketika dipuji, sahabat Abu Bakar radhiallahu 'anhu berdoa: (doa di
atas).
Sebagaimana disebutkan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, Al Auza'i
mengatakan bahwa ketika seseorang dipuji oleh orang lain di hadapan wajahnya,
maka hendaklah ia mengucapkan doa di atas.
13. Bacaan Bila Kagum Terhadap
Sesuatu 1
سُبْحَانَ اللَّهِ
Subhaanallaah.
Maha Suci Allah.
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 1/210, 390 dan 414, Muslim 4/1857.
14. Bacaan Bila Kagum Terhadap
Sesuatu 2
اَللَّهُ أَكْبَرُ
Allaahu akbar.
Allah Maha Besar.
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 8/441, lihat pula Shahih At-Tirmidzi
2/103, 2/235, dan Musnad Ahmad 5/218.
15. Doa Ketika Marah
أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ
A'uudzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiim.
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
HR. Al-Bukhari 7/99, Muslim 4/2015.
16. Bacaan Ketika Takut
لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ
Laa ilaaha illallaah.
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah.
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 6/181, Muslim 4/2208.
17. Jawaban Kepada Orang Kafir Yang Mengucapkan Salam
وَعَلَيْكُمْ
Wa 'alaikum.
Dan atasmu juga.
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/42, Muslim 4/1705.
"Apabila ahli kitab mengucapkan salam kepadamu, jawablah: (jawaban
di atas)."
18. Keutamaan Membaca Shalawat Dan Salam
Keutamaan membaca shalawat dan salam:
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa
yang membaca shalawat kepadaku 1x, Allah akan memberikan balasan shalawat
kepadanya 10x." HR. Muslim 1/288
Dari Abu Burdah bin Niyar radhiyallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bershalawat kepadaku
1x shalawat dengan ikhlas dari hatinya, maka Allah akan bershalawat kepadanya
10x, mengangkat derajatnya sepuluh derajat, mencatat untuknya sepuluh kebaikan,
dan menghapuskan darinya sepuluh kesalahan." HR. An-Nasaa-I, ath-Thabrani dan al-Bazzar, dinilai Hasan Shahih oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 1659, lihat pula takhrijnya dalam Ash-Shahiihah no. 3360.
Rasul Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kamu
menjadikan kuburanku sebagai hari raya, dan bacalah shalawatmu padaku,
sesungguhnya bacaan shalawatmu akan sampai kepadaku, di mana saja kamu
berada." HR. Abu Dawud 2/218, Ahmad 2/367, dan Al-Albani menyatakan, hadits tersebut shahih dalam Shahih Abi Dawud 2/383.
Rasul Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang bakhil
adalah orang yang apabila aku disebut, dia tidak membaca shalawat
kepadaku." HR. At-Tirmidzi 5/551, begitu juga imam hadis yang lain, lihat Shahihul Jami' 3/25 dan Shahih At-Tirmidzi 3/177.
Rasul Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
mempunyai para malaikat yang senantiasa berkeliling di bumi yang akan
menyampaikan salam kepadaku dari umatku." HR. An-Nasa'i, Al-Hakim 2/421. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih An-Nasa'i, 1/274.
Rasul Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seseorang
mengucapkan salam kepadaku kecuali Allah mengembalikan ruhku kepadaku sehingga
aku membalas salam(nya)." HR. Abu Daud no. 2041, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Daud 1/383.
19. Perintah Menyebarkan Salam
Perintah menyebarkan salam:
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Kamu tidak
akan masuk ke Surga hingga kamu beriman, kamu tidak akan beriman secara
sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah kamu kutunjukkan sesuatu, apabila
kamu lakukan akan saling mencintai? Biasakan mengucapkan salam di antara kamu
(apabila bertemu)." HR. Muslim 1/74, begitu juga imam yang lain.
"Ada tiga perkara, barangsiapa yang bisa mengerjakannya, maka
sungguh telah mengumpulkan keimanan:" HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 1/82, dari hadits 'Amar secara mauquf muallaq.
• Berlaku adil terhadap diri sendiri.
• Menyebarkan salam ke seluruh penduduk dunia.
• Berinfak dalam keadaan fakir.
Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu'anhu, dia berkata:
"Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu'alaihi
wasallam, manakah ajaran Islam yang lebih baik?" Rasul Shallallahu'alaihi
wasallam bersabda: "Hendaklah engkau memberi makanan, mengucapkan salam
kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak." HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 1/55, Muslim 1/65.
Dibagikan melalui aplikasi "Apa Doanya". Tersedia untuk
Android, BlackBerry 10, Windows Phone/Desktop, Windows 10, Nokia X, Firefox OS
dan BlackBerry OS 6-7. Unduh di http://wp.me/p3ieiY-b