dakwahsunnah.com

radiorodja.com

Apakah Qabliyah Shubuh Saat Iqamat Shalatnya Batal?


Pertanyaan:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya pernah mendengar bahwa Rasul –shallallahu alaihi wasallam- tidak pernah meninggalkan shalat  2 rakaat qabliyah shubuh… Bagaimana menjalankan sunnah ini, bila saya telat datang ke masjid, sehingga mu’adzin mengumandangkan iqamat?!
Syukran.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jawaban:
Alhamdulillah was shalatu was salamu ala rosulillah wa ala aalihi wa shahbihi wa maw waalaah…
Pertama: Memang benar, beliau tidak pernah meninggalkan shalat sunat 2 rakaat sebelum shubuh, sebagaimana diceritakan oleh Ibunda kita Aisyah –rodhiallahu anha-: bahwa Nabi -shallallahu alaihi wasallam- tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua rakaat sebelum (shalat) fajar. (dishahihkan oleh Syeikh Albani dalam silsilah shahihah 7/527)
Kedua: Bila telat datang masjid dan iqamat sedang dikumandangkan, maka antum harus langsung shalat shubuh bersama imam, dan tidak boleh menjalankan shalat qabliyah saat iqamat sudah dikumandangkan… sebagaimana sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam-:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ
Dari Abu Huroiroh, bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda: “Bila telah dikumandangkan Iqamat, maka tidak (boleh) ada shalat, kecuali shalat yang diwajibkan”.(HR. Muslim: 1160)
عن ابن بحينة قال: أقيمت صلاة الصبح، فرأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يصلي والمؤذن يقيم، فقال: أتصلي الصبح أربعا؟
Ibnu Buhainah mengatakan: (Suatu hari) dikumandangkan Iqamat untuk shalat subuh, lalu Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- melihat seseorang shalat padahal mu’adzin sedang mengumandangkan iqamat, maka beliau mengatakan: “Apakah kamu shalat subuh empat rakaat?!” (HR. Muslim: 1163 )
وعنه أيضا قال: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مر برجل يصلي وقد أقيمت صلاة الصبح، فكلمه بشيء لا ندري ما هو؟ فلما انصرفنا أحطناه نقول: ماذا قال لك رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ قال: قال لي: يوشك أن يصلي أحدكم الصبح أربعا؟
Diriwayatkan dari Ibnu Buhainah juga: bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- melewati seseorang sedang shalat, padahal iqamat shalat shubuh telah dikumandangkan, maka beliaupun mengatakan kepadanya sesuatu yg tidak ku ketahui. Lalu ketika kami selesai, kami berusaha mencari tahu, kami mengatakan: apa yg dikatakan Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- kepadamu? dia menjawab: “Hampir saja salah seorang dari kalian shalat shubuh 4 rekaat”. (HR. Muslim: 1162)
Kedua: Sebaiknya antum meng-qadha’ shalat qabliyah shubuhnya setelah itu… sebagaimana pernah terjadi di zaman Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam-:
عَنْ قَيْسٍ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، فَصَلَّيْتُ مَعَهُ الصُّبْحَ، ثُمَّ انْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَنِي أُصَلِّي، فَقَالَ: «مَهْلًا يَا قَيْسُ، أَصَلَاتَانِ مَعًا»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي لَمْ أَكُنْ رَكَعْتُ رَكْعَتَيِ الفَجْرِ، قَالَ: «فَلَا إِذَنْ» رواه الترمذي وصححه الألباني
Qois mengatakan: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- pernah (suatu ketika) keluar, lalu dikumandangkanlah iqamat shalat, maka aku pun shalat shubuh bersamanya, kemudian beliau beranjak pergi dan mendapatiku akan shalat, beliau mengatakan: “Sebentar wahai qois, apakah dua shalat bersamaan?!”, aku pun mengatakan: Ya rosulallah, sebenarnya aku belum shalat dua rekaat qabliyah fajar, maka beliau mengatakan: “Jika demikian, maka tidak apa-apa” (HR. Tirmidzi: 387, dan dishahihkan oleh Syeikh Albani)
Ketiga: Meng-qodho shalat sunat yang waktunya tertentu, dibolehkan bila tertinggalnya shalat sunat tersebut tidak disengaja. Karena meng-qodlo adalah keringanan bagi mereka yang punya udzur, dan orang yg meninggalkan dengan sengaja, tidak memiliki udzurwallahu a’lam.
Dalil dari pembedaan ini adalah sabda Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-:
من نام عن الوتر أو نسيه فليصل إذا ذكر وإذا استيقظ
Barangsiapa ketiduran atau lupa sehingga tidak shalat witir, maka hendaklah ia shalat witir, ketika ia ingat atau ketika ia bangun (HR. Tirmidzi: 427 dan yg lainnya… dishahihkan oleh Syeikh Albani)
ٌقال ابن رجب:وفي تقييد الأمر بالقضاء لمن نام أو نسيه يدل على أن العامد بخلاف ذلك، وهذا متوجه؛ فإن العامد قد رغب عن هذه السنة وفوتها في وقتها عمداً، فلا سبيل لهُ بعد ذَلِكَ إلى استدراكها، بخلاف النائم والناسي
Ibnu Rojab mengatakan: adanya taqyid dalam perintah qodlo’ itu (yakni); “bagi orang yang tidur atau lupa”, menunjukkan bahwa orang yang sengaja (meninggalkan), hukumnya lain, dan ini benar, karena orang yang sengaja (meninggalkan), itu tidak menyukai shalat sunnah ini, dan telah meninggalkannya pada waktunya dengan sengaja, sehingga tidak ada jalan lagi baginya untuk mendapatkannya, berbeda dengan orang yang tidur atau lupa. (Fathul Bari 9/160)
Sekian, semoga bermanfaat…
wa shallallahu ala nabiyyillah ala aalihi wa shahbihi wa maw waalaah… walhamdulillah.
Disarikan dari web resmi Ustadz Musyaffa Ad Dariny, MA dengan disertai pengeditan bahasa oleh Tim KonsultasiSyariah.com


 
Top