Apakah Qabliyah Shubuh Saat Iqamat Shalatnya Batal?
Pertanyaan:
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Saya pernah mendengar bahwa Rasul
–shallallahu alaihi wasallam- tidak pernah meninggalkan shalat 2
rakaat qabliyah shubuh… Bagaimana menjalankan sunnah ini, bila saya telat
datang ke masjid, sehingga mu’adzin mengumandangkan iqamat?!
Syukran.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Jawaban:
Alhamdulillah was shalatu was salamu
ala rosulillah wa ala aalihi wa shahbihi wa maw waalaah…
Pertama: Memang benar, beliau
tidak pernah meninggalkan shalat sunat 2 rakaat sebelum shubuh, sebagaimana
diceritakan oleh Ibunda kita Aisyah –rodhiallahu anha-: bahwa
Nabi -shallallahu
alaihi wasallam- tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua
rakaat sebelum (shalat) fajar. (dishahihkan oleh Syeikh Albani dalam silsilah
shahihah 7/527)
Kedua: Bila telat datang
masjid dan iqamat sedang dikumandangkan, maka antum harus langsung shalat shubuh bersama
imam, dan tidak boleh menjalankan shalat qabliyah saat iqamat
sudah dikumandangkan… sebagaimana sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam-:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ
فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ
Dari Abu Huroiroh, bahwa Rasulullah
-shallallahu alaihi wasallam- bersabda: “Bila telah dikumandangkan Iqamat, maka
tidak (boleh) ada shalat, kecuali shalat yang diwajibkan”.(HR. Muslim: 1160)
عن ابن بحينة قال: أقيمت
صلاة الصبح، فرأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يصلي والمؤذن يقيم، فقال:
أتصلي الصبح أربعا؟
Ibnu Buhainah mengatakan: (Suatu hari)
dikumandangkan Iqamat untuk shalat subuh, lalu Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam- melihat seseorang shalat padahal mu’adzin sedang mengumandangkan
iqamat, maka beliau mengatakan: “Apakah kamu shalat subuh empat rakaat?!” (HR.
Muslim: 1163 )
وعنه أيضا قال: أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم مر برجل يصلي وقد أقيمت صلاة الصبح، فكلمه بشيء لا ندري ما هو؟
فلما انصرفنا أحطناه نقول: ماذا قال لك رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ قال: قال
لي: يوشك أن يصلي أحدكم الصبح أربعا؟
Diriwayatkan dari Ibnu Buhainah juga:
bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- melewati seseorang sedang
shalat, padahal iqamat shalat shubuh telah dikumandangkan, maka beliaupun
mengatakan kepadanya sesuatu yg tidak ku ketahui. Lalu ketika kami selesai,
kami berusaha mencari tahu, kami mengatakan: apa yg dikatakan Rasulullah
-shallallahu alaihi wasallam- kepadamu? dia menjawab: “Hampir saja salah
seorang dari kalian shalat shubuh 4 rekaat”. (HR. Muslim: 1162)
Kedua: Sebaiknya antum
meng-qadha’ shalat qabliyah shubuhnya
setelah itu… sebagaimana pernah terjadi di zaman Rasulullah –shallallahu
alaihi wasallam-:
عَنْ قَيْسٍ قَالَ: خَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ،
فَصَلَّيْتُ مَعَهُ الصُّبْحَ، ثُمَّ انْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَنِي أُصَلِّي، فَقَالَ: «مَهْلًا يَا قَيْسُ،
أَصَلَاتَانِ مَعًا»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي لَمْ أَكُنْ رَكَعْتُ
رَكْعَتَيِ الفَجْرِ، قَالَ: «فَلَا إِذَنْ» رواه الترمذي وصححه الألباني
Qois mengatakan: Rasulullah
-shallallahu alaihi wasallam- pernah (suatu ketika) keluar, lalu
dikumandangkanlah iqamat shalat, maka aku pun shalat shubuh bersamanya,
kemudian beliau beranjak pergi dan mendapatiku akan shalat, beliau mengatakan:
“Sebentar wahai qois, apakah dua shalat bersamaan?!”, aku pun mengatakan: Ya
rosulallah, sebenarnya aku belum shalat dua rekaat qabliyah fajar, maka beliau
mengatakan: “Jika demikian, maka tidak apa-apa” (HR. Tirmidzi: 387, dan
dishahihkan oleh Syeikh Albani)
Ketiga: Meng-qodho
shalat sunat yang waktunya tertentu, dibolehkan bila tertinggalnya shalat sunat
tersebut tidak disengaja. Karena meng-qodlo adalah
keringanan bagi mereka yang punya udzur, dan orang yg
meninggalkan dengan sengaja, tidak memiliki udzur. wallahu
a’lam.
Dalil
dari pembedaan ini adalah sabda Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-:
من نام عن الوتر أو نسيه
فليصل إذا ذكر وإذا استيقظ
Barangsiapa ketiduran atau lupa
sehingga tidak shalat witir, maka hendaklah ia shalat witir, ketika ia ingat
atau ketika ia bangun (HR. Tirmidzi: 427 dan yg lainnya… dishahihkan oleh
Syeikh Albani)
ٌقال ابن رجب:وفي تقييد
الأمر بالقضاء لمن نام أو نسيه يدل على أن العامد بخلاف ذلك، وهذا متوجه؛ فإن
العامد قد رغب عن هذه السنة وفوتها في وقتها عمداً، فلا سبيل لهُ بعد ذَلِكَ إلى
استدراكها، بخلاف النائم والناسي
Ibnu Rojab mengatakan: adanya taqyid
dalam perintah qodlo’ itu (yakni); “bagi orang
yang tidur atau lupa”, menunjukkan bahwa orang yang sengaja
(meninggalkan), hukumnya lain, dan ini benar, karena orang yang sengaja
(meninggalkan), itu tidak menyukai shalat sunnah ini, dan telah meninggalkannya
pada waktunya dengan sengaja, sehingga tidak ada jalan lagi baginya untuk
mendapatkannya, berbeda dengan orang yang tidur atau lupa. (Fathul Bari 9/160)
Sekian,
semoga bermanfaat…
wa shallallahu ala nabiyyillah ala
aalihi wa shahbihi wa maw waalaah… walhamdulillah.
Disarikan dari web
resmi Ustadz Musyaffa Ad Dariny, MA dengan disertai
pengeditan bahasa oleh Tim KonsultasiSyariah.com