Tidak
Sengaja Menyebarkan Berita Hoax]
Bagaimana jika sudah
terlanjur menyebarkan berita dusta? Setelah disebarkan baru tahu bahwa itu
hoax.
Jawab:
Bismillah was shalatu
was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Salah satu yang dibenci oleh Allah adalah
terlalu aktif menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya. Dalam hadis
dari al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا قِيلَ وَقَالَ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ،
وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
Sesungguhnya
Allah membenci 3 hal untuk kalian: [1] menyebarkan berita burung
(katanya-katanya); [2] menyia-nyiakan harta; dan [3] banyak bertanya. (HR. Bukhari 1477
& Muslim 4582).
Terlebih ketika berita itu bisa bikin geger
di masyarakat. Allah mencela orang yang suka menyebarkan berita yang membuat
masyarakat ribut. Dalam al-Quran, Allah menyebut mereka dengan al-murjifuun (manusia pembuat onar).
Ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di
Madinah, beberapa orang tukang penyebar berita terkadang membuat geger
masyarakat. terutama berita yang terkait keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Allah mengancam, jika mereka tidak menghentikan kebiasaan ini, maka
mereka akan diusir dari Madinah.
Allah berfirman,
لَئِنْ
لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا
يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا
Jika orang-orang
munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang
menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari menyakitimu), niscaya
Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi
tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. (QS. al-Ahzab: 60)
Sehingga, sebelum menyebarkan, pastikan
berita anda benar. Hentikan kebiasaan buruk mudah menyebarkan berita. Tanamkan
dalam diri kita, menyebarkan berita itu bukan prestasi… prestasi itu adalah
menyebarkan ilmu yang bermanfaat, bukan menyebarkan berita.
Bagaimana ketika tidak sengaja menyebarkan
berita dusta? Setelah disebarkan, baru diingatkan bahwa ternyata itu hoax.
Pertama, orang yang
melakukan kesalahan tanpa disengaja, maka tidak ada dosa baginya, antara dia
dengan Allah. Allah berfirman,
وَلَيْسَ
عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ
قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Tidak ada dosa
bagimu terhadap kesalahan yang kalian lakukan tanpa sengaja, tetapi (yang ada
dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. (QS. al-Ahzab: 5).
Namun jika itu merugikan hak orang lain, maka
dia bertanggung jawab atas kerugian itu.
Ketika Nabi Daud menjadi penguasa, ada kasus,
hewan ternak milik si A, masuk ke lahan pertanian milik si B dan merusak
tanamannya. Akhirnya mereka meminta keputusan Nabi Daud. Beliau memutuskan,
hewan si A harus diserahkan ke si B, sebagai ganti dari tanaman yang dirusak.
Sementara Sulaiman memiliki pemahaman
berbeda. Beliau memutuskan, hewan si A diserahkan ke si B untuk diperah susunya
sampai menutupi nilai kerugian tanaman yang dirusak. Dan Allah memuji keputusan
Sulaiman. Allah menceritakan,
وَدَاوُودَ
وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ
الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ . فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ
(ingatlah kisah) Daud
dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena
tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami
menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah
memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat). (QS. al-Anbiya: 78
– 79)
Kedua, ketika sudah
tersebar di forum, berikan penjelasan di forum yang sama bahwa berita itu
dusta. Agar anda bisa lepas dari tanggung jawab.
Bagi mereka yang pernah menyebarkan kesesatan,
kemudian bertaubat, dia berkewajiban untuk menjelaskan kepada masyarakatnya,
tentang kesesatan yang pernah dia ajarkan.
Beberapa ulama yang bertaubat dari kesesatan,
mereka mengarang buku yang membatah pendapat lamanya. Diantaranya Abul
Hasan al-Asy’ari. Setelah beliau taubat dari aqidah Kullabiyah, beliau menulis
beberapa buku sebagai bantahan untuk aqidah beliau yang lama. Seperti al-Ibanah
‘an ushul diyanah, dan maqalat islamiyin.
Allah menjelaskan,
إِلَّا
الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ
وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
kecuali mereka yang
telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima
taubat lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah:
160).
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz
Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)