Flek
Kecoklatan Sebelum Haid
Ada flek kecoklatan
yg keluar sebelum haid, waktu hari 1 sampai hari ke 7 itu cuma flek flek
kecoklatan dan darah gtu, hari ke 8 sampai 14 ni baru lancar. Bagaimana ya?
Jawab:
Bismillah was shalatu
was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Ada satu pernyataan yang menjadi acuan dalam
masalah ini, yaitu pernyataan seorang sahabat wanita, Ummu Athiyah radhiyallahu
‘anha,
كُنَّا
لاَ نَعُدُّ الْكُدْرَةَ وَالصُّفْرَةَ بَعْدَ الطُّهْرِ شَيْئًا
“Kami dulu tidak
menganggap shufrah dan kudrah yang keluar pasca-haid sebagai bagian dari haid.” (HR. Bukhari 326 dan
Abu Daud 307)
Shufrah adalah cairan berwarna kekuningan.
Sedangkan kudrah adalah cairah keruh kecoklatan.
Pernyataan ini disampaikan oleh sahabat
menceritakan kebiasaan mereka di zaman Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Jika
ini tidak benar, tentu akan dikoreksi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika beliau mendiamkannya, menunjukkan bahwa itu direstui oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Meskipun dalil yang ada menyebutkan
pasca-haid, namun para ulama memberlakukan dalil ini untuk kasus shufrah dan
kudrah yang keluar sebelum haid.
Ibnu Abdil Bar – ulama Malikiyah –
mengatakan,
القياس
أن الصفرة والكدرة قبل الحيض وبعده سواء، كما أن الحيض في كل زمان سواء
Kesimpulan yang benar menunjukkan bahwa
shufrah dan kudrah sebelum haid dan pasca-haid statusnya sama. Sebagaimana haid
dalam semua waktu statusnya sama. (al-Istidzkar, 1/325)
Karena itu, flek kecoklatan yang keluar
sebelum haid ada 2 keadaan:
Pertama, keluarnya
bersambung dengan haid atau ketika keluar diiringi dengan tanda-tanda ketika
wanita ini mengalami haid, seperti nyeri perut, sakit pinggang atau kontraksi
tubuh lainnya.
Para ulama menggolongkan flek semacam ini
terhitung haid, dan memiliki hukum sebagai hukum darah haid.
Imam Ibnu Baz memberikan rincian untuk
shufrah dan kudrah yang keluar sebelum haid,
إن
كانت هذه الكدرة والصفرة البنية جاءت في أعقاب الحيض في آخره غير منفصلة فهي منه،
أو جاءت في أوله غير منفصلة فهي منه
Jika kudrah dan sufrah ini keluar setelah
haid, di akhir haid dan tidak putus, maka statusnya haid. Atau keluar sebelum
haid dan tidak putus dengan darah haid, maka terhitung haid. (Majmu’ Fatawa
Ibnu Baz, 29/116)
Kedua, keluarnya darah
kecoklatan atau kekuningan ini tidak bersambung dengan haid, tidak diiringi
rasa sakit atau nyeri di perut, maka tidak terhitung haid dan tidak berlaku
hukum haid. Artinya tetap wajib shalat dan ibadah lainnya.
Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
تقول
أم عطية ـ رضي الله عنها: كنا لا نعد الصفرة والكدرة بعد الطهر شيئاً، وعلى هذا،
فهذه الكدرة التي سبقت الحيض لا يظهر لي أنها حيض، لا سيما إذا كانت أتت قبل
العادة ولم يكن علامات للحيض من المغص ووجع الظهر ونحو ذلك
Ummu Athiyah mengatakan, ‘Kami tidak
menganggap shufrah dan kudrah yang keluar pasca-haid sebagai bagian
dari haid.’ Karena itu, kudrah yang keluar menjelang haid, menurutku tidak
disebut haid, terlebih jika keluar sebelum waktu kebiasaan haid dan tidak
disertai tanda-tanda haid, seperti sakit perut, sakit pinggul atau semacamnya. (Majmu’
Fatawa Ibnu Utsaimin, 11/210).
Demikian, Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz
Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)